Senin, 12 April 2010

Menyikapi Krisis Multidimensi (Opini)

Menyikapi Krisis Multidimensi
(Oleh Faisol)*

Krisis Multidimensi. Zona dan momen-momen kritis inilah yang sedang kita jalani dan kita rasakan akhir-akhir ini. Betapa tidak? Coba kita perhatikan secara jeli situasi dan kondisi negara kita. Coba kita cermati pradigma dan sikap tokoh-tokoh publik figur kita. Coba kita hayati konflik-konflik agama, sosial, ekonomi dan kemanusiaan yang sedang melanda bangsa tercinta ini! Sungguh cukup darastis dan fenomenal bukan?
Tentunya tidak bisa kita ingkari penyalahgunaan tugas dan wewenang yang terjadi di berbagai ranah birokrasi di negara ini, ataupun pro dan kontra akan kebijakan yang diambil pemerintah. Semuanya seolah-olah menjadi indikasi jelas bahwa betapa multikompleks dan seriusnya problema yang dihadapi bangsa Indonesia.
Syaikh Muhammad ibn Abubakar

Sabtu, 03 April 2010

Menjadi Mahasiswa Idealis (Opini)

Menjadi Mahasiswa Idealis
(Oleh: Faisol)*


Menjadi mahasiswa idealis adalah dambaan. Karena memang secara fitrahnya, manusia mempunyai tabiat bawaan untuk mencintai sesuatu yang perfect atau sempurna. Seorang mahasiswa sangat mengidamkan agar nilai IP/IPK-nya tinggi. Seorang mahasiswa akan merasakan kepuasan batin tersendiri jika tetap bisa mempertahankan citra keindependenannya di tengah godaan paham pragmatis yang mulai menjamur. Untuk sementara, sampai di sini kita akan sampai pada suatu kesimpulan bahwa manusia akan bangga jika bisa melakukan yang terbaik.

Tafsir QS. Ali Imran ayat 14

Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik.
(QS. Ali Imran: 14)

Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, sesuatu yang diingingan oleh nafsu dan nafsu juga mengajak manusia untuk menghiasi kemauannya itu terhadap Allah sebgai cobaan atau di tangan setan. yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak yang bertumpuk-tumpuk dari jenis emas, perak, kuda pilihan yang bagus-bagus, binatang-binatang ternak berupa unta, lembu, kambing dan biri-biri dan sawah ladang. Itulah yang telah disebutkan kesenangan hidup di dunia, yang dijadikan senang-senang yang kemudian akan rusak atau fana’ dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik, yaitu surga. Dianjurkan untuk mengharapkan surga, bukan selainnya.

Tafsir QS. al-Baqarah ayat 286

Tafsir QS. Al-Baqarah ayat 286
A. Pendahuluan
Surat Al Baqarah yang 286 ayat ini turun di Madinah yang sebagian besar diturunkan pada permulaan tahun Hijrah, kecuali ayat 281 diturunkan di Mina pada Hajji wadaa' (hajji Nabi Muhammad s.a.w. yang terakhir). Seluruh ayat dari surat Al Baqarah termasuk golongan Madaniyyah, merupakan surat yang terpanjang di antara surat-surat Al Quran yang di dalamnya terdapat pula ayat yang terpancang (ayat 282). Surat ini dinamai Al Baqarah karena di dalamnya disebutkan kisah penyembelihan sapi betina yang diperintahkan Allah kepada Bani Israil (ayat 67 sampai dengan 74), dimana dijelaskan watak orang Yahudi pada umumnya. Dinamai Fusthaatul-Quran (puncak Al Quran) karena memuat beberapa hukum yang tidak disebutkan dalam surat yang lain.

Tafsir QS. adz-Dzariyyat ayat 56

Tafsir QS. adz-Dzariyyat ayat 56

Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar beribadah kepada-Ku
(QS adz-Dzariyat; 56)
Tafsir
1. Menurut Quraish Shihab
Menrut Prof. Dr. Muhammad Quraish Shihab dalam tasirnya, Al-Misbah, penafsiar an ayat di atas adalah sebagai berikut: “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia untuk satu manfaat yang kembali pada diri-Ku. Aku tidak menciptakan mereka melainkan agar tujuan atau kesudahan aktivitas meraka adalah beribadah kepada-Ku.

Jumat, 02 April 2010

Hadis tentang Sikap Seorang Mukmin & Muslim Aktual

Hadis tentang Sikap Seorang Mukmin & Muslim Aktual
A. Sikap Mukmin: Mencintai Nabi saw.
Sebagai salah satu sikap seorang mukmin, adalah mencintai Nabi Muhammad saw. Apa pentingnya mencintai beliau dan sejauh mana peranannnya dalam mengukur kadar keimanan seseoarang? Berikut akan dijelaskan dalam sebuah hadisnya.
Artinya “Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra., ia berkata, bahwasannya Nabi saw. bersabda: “Demi Dzat yang jiwaku ada dalam genggaman-Nya, tidak beriman seseorang di antara kamu sampai aku lebih dicintai daripada anak-anak dan orang tuanya”.
(HR. an-Nasai)

Tafsir QS. Ali Imran ayat 64

Tafsir QS. Ali Imran ayat 64
Katakanlah: "Hai ahli kitab, marilah (berpegang) kepada suatu kalimat (ketetapan) yang tidak ada perselisihan antara kami dan kamu, bahwa tidak kita sembah kecuali Allah dan tidak kita persekutukan Dia dengan sesuatupun dan tidak (pula) sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai tuhan-tuhan selain Allah". Jika mereka berpaling, maka katakanlah (kepada mereka): "Saksikanlah, bahwa kami adalah orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)".
(QS. Ali Imran: 64)

Hadis (Serial Kisah Hikmah)

Hadis Nomor 1:
Anjuran Untuk Menyangi Makhluk: Disertai dengan Suatu Kisah


Dari Abdullah ibn Umar ra., ia berkata, bahwasannya Rasulullah saw. bersabda: “Orang yang penyayang akan disayangi oleh Dzat Yang Maha Penyayang. Maka, sayangilah oleh kalian apa yang ada di bumi, niscaya kalian akan disyangi oleh yang ada di langit”
Berkenaan dengan hadis ini, ada cerita tentang Umar ibn Khattab. Pada suatu hari beliau berjalan di sudut-sudut kota Madinah. Beliau melihat anak kecil, yang di tangannya ada seekor burung kecil sedang dipermainkannya. Melihat hal tersebut, beliau menjadi iba pada sang burung, sehingga dibelinya kemudian dilepas ke udara bebas.

Mahasiswa, Kembalilah ke Jalan Kita Sesungguhnya (Opini)

Mahasiswa, Kembalilah ke Jalan Kita Sesungguhnya
(Oleh: Faisol*)
Mahasiswa! Apa sebenarnya mahasiswa? Banyak sekali istilah yang bisa disematkan terhadap mahasiswa. Ada juga yang menyebut bahwa mahasiswa sebagai agen perubahan, serta berbagai istilah ‘hero’ lainnya. Namun, secara sederhana kita pasti akan sangat sepakat bahwa mahasiswa adalah seorang pelajar di perguruan tinggi. Ya, perguruan tinggi. Sebuah tempat belajar yang disebut dengan kampus. Di sinilah para mahasiswa itu belajar. Mahasiswa sebenarnya, bukanlah sembarang pelajar. Hal ini bisa kita kaji dari etimologi kata’ mahasiswa’ yang berasal dari kata ‘maha’ dan ‘siswa’. Maha adalah sesuatu yang sangat-kalau tidak paling -tinggi. So, mahasiswa adalah pelajar yang tinggi pemahamannya, pengalamannya, intlektualnya dan tentunya mazhab kerasionalannya. Dan, akan lebih indah lagi, jika tinggi etikanya. Begitulah idealnya. Tapi sesuatu yang ideal ternyata tidak selalu sesuai dengan fakta yang ada.