Selalu ada dua sisi dalam kehidupan ini, termasuklah pula, jika di dalam hidup ini ada yang namanya teman, maka ada pula yang namanya musuh. Makanya kita harus waspada, karena sewaktu-waktu musuh-musuh itu akan membungkam dan mencelakakan kita. Siapa sajakah musuh kita sebagai manusia dalam kacamata Islam? Sebenarnya, ada empat hal yang menjadi musuh manusia.
Musuh yang pertama adalah dunia. Mungkin kita terheran-heran jika dunia ini dikatakan sebagai musuh, padahal di dalam dunia inilah kita, bahkan para leluhur kita sejak dahulu hidup. Yang dimaksud dunia sebagai musuh adalah, berbagai kesenangan dunia bisa saja melenakan kita dari mengingat Allah swt.
Kesenangan dunia sangat beragam dan bervariasi. Harta, kekuasaan, kehormatan, keturunan dan keluarga adalah bagian dari perhiasan dunia. Dan itu memang fitrah atau wajar bagi naluri kita sebagai manusia untuk mencintai sesuatu yang tampak indah. Tapi, jangan sampai terperdaya dan terlena oleh fatamorgana, yang kita kejar tanpa henti.
Di antara perhiasan atau cobaan dunia yang paling berbahaya adalah wanita. Sudah banyak sekali catatan sejarah tentang hal itu. Nabi Daud as. pernah mendapat teguran halus dari Allah gara-gara wanita. Nabi Yusuf as. hampir saja terjebak dalam lembah nista bujuk rayu seorang wanita yang konon bernama Zulaikha, jika burhan atau hidayah dari Allah tidak datang dengan segera. Bagaimana si Malin Kundang,, saudara kita di Sumatra sana, yang konon dulu melupakan ibunya juga lantaran seorang wanita. Atau, yang paling dekat dengan kehidupan kita sekarang, seorang pejabat pemerintah, politisi, penegak hukum yang hilang kredibelitas dan popularitasnya juga lantaran terlibat skandal dengan seorang wanita.
Saudaraku, ternyata tidak berlebihan jika sekitar 1400-an tahun yang lalu Nabi mengungkpkan keresahannya melalui sabdanya, ‘Ma taraktu min ba’di balaan adharru ‘alar-rijali minal mar’ah”. Tidak aku tinggal bala’’ atau cobaan sepeninggalku yang paling berbahaya bagi seorang lelaki yang melebihi wanita. Saudaraku, bahkan masih termasuk etis juga, jika The Changcuter’s ‘berteriak’ bahwa “wanita racun dunia”.
Allah swt. berfirman, “Fa la tghurrannakumul hayatud dunya”. Janganlah kehidupan dunia memperdayakan kalian. Itulah musuh manusia yang pertama, yaitu dunia.
Selanjutnya, musuh yang kedua adalah syayathinal jin atau setan dari golongan jin. Setan penggoda yang abstrak, tak tampak dalam pandangan kita. Tapi, dia selalu membisikkan keragu-raguan dalam hati kita, membisikkan keinginan-keinginan untuk meninggalkan perintah Allah dan bermaksiat kepada-Nya. Setan semacam ini, adalah musuh yang nyata atau ‘aduwwun mubin’, yang mungkin kalau dalam bahasa kita disebut sebagai musuh bebuyutan. Memang, sampai kapan pun pada hakikatnya permusuhan antara kita dengan setan akan tetap abadi menjelang kiamat tiba. Karena setan sudah mendapat ‘semacam izin’ dari Allah untuk menggoda manusia semenjak ia diusir dari surga lantaran tidak mau ‘sujud’ kepada nabi Adam as. Dan, kesuksesan perdananya adalah ketika berhasil membujuk ayahanda Adam as. agar memetik buah khuldi, hingga konsekuensinya ayah kita Adam as. dan ibu kita Hawa ra. juga dikeluarkan dari surga. Dan, ternyata setan masih belum puas sebelum bisa membujuk manusia sebanyak-banyaknya agar terjerumus ke dalam keburukan, sehingga bisa menjadi temannya nanti di neraka. Na’udzu billahi min dzalik. Marilah kita ingat akan firman Allah swt., “Innas-syaithana lakum ‘aduwwun mubin, fat takhidzuwwu ‘aduwwa”. Sesungguhnya setan adalah musuh yang nyata bagi kalian, maka jadikanlah ia sebagai musuh.
Kemudian, musuh kita yang ketiga adalah syayathinal ins atau setan dari golongan manusia. Yakni setan yang mengajak pada hal-hal yang tidak diridhai Allah swt., ataupun membujuk agar meninggalkan perintah-Nya, tapi dalam rupa atau wujudnya ia tampil sebagai manusia pada umumnya. Punya mata, telinga, tangan, kaki dan lain sebagainya. Mungkin kalau dalam bahasa kita, jenis setan dari golongan manusia ini, disebut sebagagi “serigala berbulu domba”. Sebab, ia tampil dalam paras manusia. Tapi tujuannya sama dengan setan, yakni menjerumuskan. Terhadap musuh atau setan jenis ini, kita juga harus menjauh dan mohon perlindungan dari Allah swt. agar terhindar dari kejahatannya. Karena konon, kalau setan dari bangsa jin dengan dibacakan basmalah tidak akan berani mendekat, tapi kalau jenis setan dari golongan manusia ini, dibacakan basmalah pun tidak ngaruh.
Parahnya lagi, makhluk semacam ini banyak berkeliaran dengan bebasnya di muka bumi, mungkin di sekitar kita, atau bahkan tanpa kita sadari, kita sendiri adalah termasuk “orang yang sedang dikader oleh setan dari golongan jin untuk menjadi generasi setan dari golongan manusia”. Na’udzubilllah. Marilah kita banyak memohon perlindungan kepada Allah swt. Yang Maha Kuasa atas segala sesauatu.
Dan, musuh kita yang keempat atau yang terakhir adalah nafsu kita sendiri. Inilah yang disebut “musuh dalam selimut”. Sebab, tanpa kita sadari ia menyusup dari dalam diri kita sendiri. Membisikkan kita agar melihat yang bukan muhrimnya, korupsi, bergunjing dan lain sebagainya. Dan, sebenarnya nafsu adalah musuh kita yang paling berbahya. Hal ini sebagaimana sabda Nabi Muhammad saw. dalam salah satu hadisnya, “A’da ‘aduwwikan-nafsukal-ladzi baina janbaik”. Musuh utamamu adalah nafsumu sendiri yang berada antara kedua lambungmu.
Demikianlah empat musuh kita sebagai manusia. Kita harus waspada agar tidak kalah, tunduk dan bertekuk lutut di hadapannya. Baik itu dunia, setan dari golongan jin, setan dari golongan manusia, ataupun nafsu kita sendiri.
(Sudah dimuat di Harian Pontianak Post, Edisi Hari Jumat 11 Juni 2010)
*Penulis: Alumni Pondok Pesantren Raudlatul Ulum Al-Khaliliyah–Sungai Ambawang
Staf Bidang Kebijakan Publik (KP) KAMMI Komisariat STAIN Pontianak
Mobile: 085245000606
Tidak ada komentar:
Posting Komentar